"Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya
nama-Ku diserukan ini? Kalau Aku, Aku sendiri melihat semuanya,
demikianlah firman TUHAN."
Yeremia 7:11
Kalau kita mencari definisi kata penyamun menurut
kamus, maka disana kita akan mendapatkan bahwa kata penyamun itu adalah
perampok, perampas yang suka bersembunyi di semak-semak dalam menunggu
mangsanya. Dalam bentuk akar kata kita pun bisa melihat kemana kata
penyamun itu mengarah seperti yang bisa dilihat dalam gambar ilustrasi
hari ini. Bajak laut, itu pun sama penyamun juga karena mereka menunggu
musuh melintas di laut tempat wilayah kekuasaan mereka, kemudian
menjarah korbannya tanpa ampun. Kalau begitu jelas, sarang penyamun
tentu bukanlah tempat yang aman atau baik bagi kita. Alkitab
menyebutkan kata sarang penyamun pula, yang ternyata mengacu kepada
sikap yang dimiliki bukan oleh orang asing, tetapi justru oleh sebagian
orang-orang percaya sendiri.
Mari kita lihat dalam Injil Matius 21:12-17 yang mencatat kisah kemarahan Yesus ketika mendapati Bait Allah dipakai secara tidak pantas. Sudah seperti pasar saja layaknya, karena ada penjual dan pembeli berkumpul disana. Bukan saja penjual dan pembeli, tetapi meja-meja penukar uang atau money changer pun lengkap tersedia. Yesus pun menjungkir balikkan meja-meja dan bangku para pedagang disana, "dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." (Matius 21:13). Perhatikan hal menarik ini.Yesus tidak marah ketika dia difitnah, ditinggalkan, disiksa sedemikian rupa bahkan hingga disalib sampai mati. Satu-satunya hal yang membuat Yesus marah besar adalah ketika orang menjadikan Bait Allah sebagai tempat berdagang, tempat mencari untung.
Mengapa Yesus sampai marah? Jika kita perhatikan, Yesus mengatakan bahwa Bait Allah itu adalah diriNya sendiri. "Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri." (Yohanes 2:21). Dengan demikian jelaslah mengapa Yesus sampai harus marah ketika Dia melihat orang-orang berdagang alias mencari untung disana. Betapa tidak. Dia begitu mengasihi kita, dan rela menjalani semua rangkaian proses yang mengerikan demi menyelamatkan kita, tetapi alangkah keterlaluan ketika sebagian diantara kita sama sekali tidak menghargai itu semua malah sibuk mencari keuntungan diri sendiri. Dan sadar atau tidak, faktanya memang seperti itu. Ada banyak orang yang memiliki tujuan dan agenda tersendiri ketika datang kepada Yesus dengan beribadah ke gereja.
Ingin ditolong dari kesulitan finansial, ingin
bisnisnya sukses, mencari jodoh dan lain-lain bisa menjadi dasar
kedatangan mereka dan bukan karena mengasihi Yesus. Yang lebih
memperihatinkan lagi, ada gereja-gereja yang berpusat pada untung rugi
duniawi dalam menjalankan misinya dengan menjanjikan segala sesuatu
mulai dari berkat sampai kesembuhan sebagai alat 'promosi' mereka. Dan
disana Yesus dipergunakan hanya bagaikan sebuah produk yang menjanjikan
keuntungan duniawi saja. Dan terhadap gereja atau oknum-oknum yang
menjalankan fungsi bait Allah seperti layaknya pasar ini, Yesus
benar-benar marah.
Memang benar, segala sesuatu bisa diberikan Tuhan.
Tuhan bisa menyediakan itu semua, bukan hanya sekedar menyediakan tetapi
menyediakannya secara berkelimpahan. Tetapi alangkah kelirunya apabila
kita menjadikan itu sebagai motivasi utama kita dalam mengikutiNya.
Betapa kecewanya Yesus melihat sikap dan perilaku seperti ini dari
manusia yang dikasihiNya. Tidaklah heran jika Dia kecewa dan menjadi
begitu marah. Lalu sebutan sarang penyamun pun kemudian hadir dari Yesus
sendiri ditujukan kepada orang-orang yang hanya sibuk mencari untung kepadaNya.
Kemarahan Yesus itu menggambarkan dengan jelas bagaimana murka Allah turun kepada orang-orang yang bersikap tidak pantas seperti itu. Dalam Perjanjian Lama pun kita bisa melihat kemarahan Tuhan ketika BaitNya dijadikan sebagai sarang penyamun. "Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Kalau Aku, Aku sendiri melihat semuanya, demikianlah firman TUHAN." (Yeremia 7:11). Ini adalah sebuah pelanggaran berat yang membawa konsekuensi berat pula. Di dalam Alkitab ada setidaknya beberapa hal yang akan terjadi pada kita apabila kita hidup menjadi sarang penyamun dan memperlakukan bait Allah dengan tidak pantas, yaitu:
- Tuhan akan melemparkan kita dari hadapanNya. (Yeremia 7:15)
- Murka dan kemarahanNya akan tercurah secara menyala-nyala dan tidak padam-padam. (Yeremia 7:20)
- Tuhan menjauhkan diriNya dari kita (Yehezkiel 8:6)
- Tuhan siap membalas dalam kemurkaanNya (Yehezkiel 8:18)
- Tidak lagi sayang kepada kita (Yehezkiel 8:18)
- Tidak lagi mau mendengarkan kita (Yehezkiel 8:18)
- Kemuliaan Tuhan meninggalkan kita (Yehezkiel 10:1-22)
Lihatlah bagaimana beratnya konsekuensi yang harus ditanggung apabila kita menjadi orang-orang yang mendasarkan hubungan kepada Tuhan dengan didasarkan pada tujuan untuk mencari untung semata. Kecenderungan manusia hari-hari ini adalah hanya memikirkan kehidupan di dunia ini yang sesungguhnya hanyalah sementara atau fana, dan lupa untuk memikirkan kehidupan selanjutnya yang justru kekal sifatnya. Mari hari ini kita perhatikan benar motivasi kita ketika beribadah, ketika mencariNya dalam doa, perenungan, saat teduh maupun pujian dan penyembahan. Yesus sudah mengasihi dan menyelamatkan kita lebih dulu ketika kita masih berdosa (Roma 5:8), karena itu mari miliki motivasi yang benar dalam membangun hubungan denganNya.
Jadikanlah hati kita menjadi tempat Tuhan Yesus bertahta, bukan menjadi sarang penyamun atau sampah-sampah dunia yang bisa membuat hidup kita jauh dari hadirat Tuhan.
sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/
2 komentar:
Pencerah yang bagus
Terimakasih.
Tuhan memberkati
Renungan Harian
Posting Komentar